Ketika Nabi Muhammad sallallahu’alaihiwasallam mendakwahkan agama Islam di tengah masyarakat Makkah, ternyata banyak sekali lika-liku yang beliau hadapi. Meskipun seruan keislaman itu beliau gaungkan di tanah airnya sendiri namun nyatanya tidaklah mudah bagi masyarakat menerima ajakan beliau.
Kultur masyarakat yang telah lekat dengan keyakinan Paganisme itu banyak yang berontak dengan dakwah Nabi. Mereka telah menganut kepercayaan penyembahan patung itu turun temurun dari kakek buyut zaman Arab Jahiliah.
Islam telah dimulai dulu oleh Nabi dengan Istri tercintanya, kemudian disusul oleh kopanakan beliau yaitu Ali bin Abi Thalib dengan arahan dari bapaknya. Bemper kuat dari paman beliau itulah yang menjadi tumpuan awal dakwah Nabi kepada suku Quraisy saat itu.
Egoisme yang tinggi masih mendominasi awal mula dakwah Nabi sallallahu’alaihiwasallam. Namun lambat laun seruan itu disambut gembira oleh beberapa orang terkemuka diantaranya adalah Abu Bakar dan Usman bin Affan.
Faktor utama yang menjadi penyebab orang-orang kafir menolak dan enggan menerima dakwah Nabi adalah factor kepercayaan yang sudah kuat dari nenek moyang mereka. Semua itu mereka anggap sebagai hal yang paling benar, sehingga tertutuplah pintu dakwah bagi sebagian orang.
Agama menjadi perbincangan sensitive bagi setiap umat manusia. Namun beliau tidak menyerah dalam dakwahnya hingga akhirnya mampu menyelesaikan risalahnya kepada banga yang terkenal kolot itu dalam kurun waktu yang singkat 23 tahun.
Sepak terjang beliau dalam dakwah patut dicontoh oleh para da’I yang sekarang terjun ke medan dakwah dimanapun berada.
Setidaknya ada 2 fase utama dalam dakwah Nabi di 2 kota utama Arab yaitu Makkah dan Madinah. Berikut uraian lengkapnya
DAKWAH NABI MUHAMMAD PERIODE MAKKAH
Dari 23 tahun fase dakwah Nabi, 13 tahun daintaranya beliau serukan kepada masyarakat Makkah dengan materi dakwah penanaman aqidah. Sementara selama 10 tahun akhir kehidupan Nabi, dakwah itu terpusat di Madinah dengan dukungan ratusan sahabatnya.
13 tahun masa dakwah di Makkah tersebut terbagi lagi menjadi masa dakwah sembunyi selama 3 tahun dan masa terang-terangan 10 tahun.
DAKWAH TERSEMBUNYI
Masa dakwah tersembunyi itu dilakukan kepada sebagian orang yang diperkirakan mendapat respon positif dari beliau. Dan dakwah kepada kerabat terdekat. Hal itu dilakukakn agar tonggak awal penopang dakwah lebih tertata dan kuat.
Diantara hikmah dakwah tersembunyi itu adalah agar masyarakat tidak kaget dengan adanya agama yang dianggap baru tersebut. Meskipun Islam sendiri sudah ada sejak nabi Adam namun dilupakan oleh banyak manusia.
Hikmah yang lain adalah bahwa dakwah beliau dilakukan sesuai kemampuan beliau dan tidak tergesa-gesa untuk memanen hasil, sementara masyarakat masih belum siap.
Kemudian dakwah juga disampaikan secara tersembunyi oleh Abu Bakar as Sidiq dan berhasil mengislamkan lima orang. Sahabat nabi ini menggunakan metode kunjungan, pertemuan khusus dan membangun komunikasi internal dalam dakwah.
Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa dari hasil dakwah tersebut ada beberapa orang yang masuk Islam dan mendukung beliau diataranya adalah istri beliau Khadijah, keponakannya Ali bin Abi Thalib, Paman Khadijah bernama Waraqah, Abu Bakar as Sidiq, Sa’ad bin Abi Waqas, Utsman bin Affan, Zaid bin Haritsah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Bilal dan Abdullah bin Masud.
Faktor utama dalam dakwah nabi Muhammad di periode ini adalah memilih orang terpercaya dalam dakwah dan merahasikan kepada orang yang berpotensi menolaknya. Karena tonggak awal dakwah harus dimualai dari orang yang benar-benar ikhlas dan terpercaya.
DAKWAH TERANG-TERANGAN
Setelah dilakukan dakwah nabi selama kurang lebih 3 tahun, Allah perintahkan kepada NabiNya untuk menyampaikan dakwah secara terbuka. Turunlah ayat 214 dari surat Asy Syuara yaitu dakwah kepada kerabat secara terbuka.
Nabi mengumpulkan kerabat terdekatnya dengan jumlah 30 orang di rumah beliau dan menyerukan Islam sebagai agama yang diridhoi Allah ta’ala. Kemudian pada kesempatan yang lainnya beliau dakwahkan di atas bukit Shafa dihadapan pemuka Quraisy saat itu.
Dakwah terang-terangan ini langsung mendapat respon kontroversi di mata masyarakat. Sebagian beriman dengan sembunyi-sembunyi karena takut celaan para pembesar Quroisy.
Mereka menolak nabi bukan karena beliau pendusta. Tapi menolak karena isi dari ajaran Islam yang bertolak belakang dengan paham mereka. Muhammad menyeru kepada tuhan yang satu, sementara masyarakat masih meyakini tuhan itu ada banyak.
Di tengah kaumnya beliau terkenal sebagai orang yang paling dipercaya, paling jujur dan bagus dari sisi akhlaqnya. Namun itu semua tidak menjadikan orang kafir beriman meskipun kebenaran ada di hadapannya dan disampaikan oleh yang terpercaya sekalipun.
Nabi ditolak karena dakwahnya, bukan karena akhlaqnya. ini yang menjadi PR besar bagi para dai sekarang terumata yang ditolak oleh masyarakat karena akhlaqnya bukan konten dakwahnya.
Selain alasan kepercayaan dari masyarakat Quroisy, factor lain yang menghambat mereka beriman adalah persoalan ekonomi dan kesejahteraan penduduk sekitar.
Syeikh Taufiqi menyebutkan bahwa pada masa tersebut Makkah telah menjadi pusara ibadah dari beberapa negri sekitar. Hal itu disebabkan karena disekeliling Kabah terdapat banyak patung yang sangat dihormati. Para pemuka khawatir jika patung-patung itu dilenyapkan dan konsep Keesaan menggantikannya, maka ekonomi mereka berkurang.
Lambat laun beberapa orang kuat seperti Umar bin Khatab dan Hamzah juga semakin memantabkan periode ini. Mereka rela menjadi tameng kekuatan umat Islam yang masih berumur dibawah 10 tahun itu.
Semakin banyaknya dukungan dari umat Islam dan kerabat terdekat dari Abu Thalib itulah yang menjadikan orang-orang kafir bertambah geram dengan dakwah Nabi. Puncaknya adalah pemboikotan masal pada mereka yang pro terhadap Nabi meskipun yang berpihak tidak beragama Islam. Pemboikotan itu berlangsung selama 3 tahun.
DAKWAH NABI MUHAMMAD PERIODE MADINAH
Setelah fase Makkah yang cukup banyak menyulitkan bagi dakwah Nabi tersebut. Maka beliau dan sahabatnya memutuskan berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Kota itu menjadi ladang dakwah baru setelah dimotori oleh perwakilan beberapa orang Yatsirb yang tersentuh dakwah Nabi saat musim haji di Makkah.
Kejujuran dakwah Nabi ini juga menjadi perhatian penting orang-orang Yatsir yang menerima dakwahnya. Dibawah janji baiat Aqabah mereka saling percaya dan siap menyebarkan Islam di tanah Madinah.
Untuk meyakinkan banyak suku dengan perbedaan kultur masyarakat Yatsrib, Nabi memulai dakwahnya dengan mendirikan masjid, mempersaudarakan sahabat Makkah (Muhajirin) dengan mereka yang ada di Madinah (Ansor).
Rasulullah mensaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah ibnu Zubair. Ja’far bin Abi Thalib disaudarakan dengan Mu’adz bin Jabal, Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin rabi’ dan seterusnya.
Beliau mempertalikan keluarga dalam ukhuwah Islamiyah. Dengan keluarga tersebut kuatlah jaringan kaum Muslimin. Mereka yang tidak punya metirial disokong oleh yang memiliki harta berlebih hingga terbentuk peradaban Islam yang kokoh.
Beliau letakkan peraturan baru bagi masyarakat Islam dan non Muslim dalam bentuk piagam Madinah pada tahun 623 M atau tahun hijrah ke 2. Isi pokok dari perjanjian itu adalah Kaum Muslimin dan Yahudi hidup saling damai, bebas memeluk ajaran yang diyakininya dan mendapat perlindungan.
Rosul perintahkan bagi mereka untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, menjalin silaturahmi dan meminimalisir perselisihan. Bila terjadi pertentangan maka dikembalikan kepada Nabi selaku pemimpin tertinggi.
Masjid menjadi sentral perjuangan dakwah mereka. Dari masjid dibahas masalah spiritual keagamaan, perpolitikan Islam hingga pembangunan ekonomi antar umat beragama.
DAKWAH DAN JIHAD NABI
Setelah beberapa tahun berjalan, muncullah orang-orang yang tidak suka dengan perkembangan Islam. Mereka menyembunyikannya di hadapan Nabi dan kaum Muslimin. Mereka membuat persekongkolan untuk merusak tatanan Madinah, sehingga mengancap jika Nabi dan kaum Muslimin.
Bahkan Orang-orang Munafiq dan Yahudi berkompromi dengan masyarakat Quroisy untuk menghancurkan negara yang tengah berkembang itu. Perkumpulan mereka menjadikan nabi dan kaum muslimin diizinkan oleh Allah untuk menolak makar mereka dengan jihad yang disyariatkan.
Begitulah fase dan tahapan dakwah Islam di era awal perkembangannya. Beliau dan sahabatnya menyampaikan dengan mauidhoh hasanah. Beliau bangun toleransi tingga di tengah keberagaman. Pesatnya dakwah Islam itulah yang menjadikan orang-orang iri di sekitar negara ingin tetap melancarkan permusuhan terhadap Islam.
Mereka oang-orang kafir membuat makar, namun Allah adalah sebaik-baik pembuat makar.